Kamis, 22 Januari 2009

Perayaan Imlek [bagian ke-1]


Sebelumnya melalui blog ini, sebagai sesama anak negeri, saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Imlek kepada saudara2 Tiong Hoa. Semoga sejahtera dalam kebhinnekaan Indonesia tercinta. semoga. Gong Xi Fat Cai...

Refleksi Alakadarnya Tentang IMLEK
Kata “Imlek” berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti "penanggalan bulan" atau “yinli” dalam bahasa Mandarin. Tahun Baru Imlek di Tiongkok lebih dikenal dengan sebutan “Chunjie” (perayaan musim semi). Kegiatan
perayaan itu disebut “Guo nian” (memasuki tahun baru), sedang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan “konyan”. Di Indonesia mereka merayakan Tahun
Baru Imlek sebagai perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2007, maka tahun Imleknya menjadi 2007 + 551 = 2558.

Hanya sayangnya di kebanyakan negara lainnya diluar Indonesia; mereka merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 2558 melainkan tahun 4644, sebab dalam sejarah tercatat, bahwa penanggalan Imlek dimulai sejak tanggal 8 Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya ialah 4644 tahun yang lampau, maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya
berdasarkan perayaan budaya saja, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Kong Hu Chu.

Apabila orang ingat Imlek otomatis ingat Angpauw (Hokian) atau Hong Bao (Mandarin) yang artinya amplop merah berisi uang. Angpauw ini bukan hanya digemari oleh anak-anak saja bahkan para pejabat jaman sekarang ini juga senang sekali mendapatkan angpauw.

Konon Angpauw ini bukan hanya sekedar dapat membawa keberuntungan saja, bahkan dapat melindungi anak-anak dari roh jahat, sebab uang (qian) secara harfiah berarti dapat "menekan kekuatan jahat" atau “ya sui qian”, masalahnya ada roh jahat yang bernama Sui; yang selalu hadir setahun sekali untuk mengganggu anak-anak kecil, maka dari itu di usulkan sebagai penangkal roh tersebut, sebaiknya ditaruh koin yang dibungkus dengan kertas merah sebagai tumbal dibawah bantalnya mereka. Maklum unsur api yang membakar pada warna merah dapat melindungi dari pengaruh jahat. Sama seperti kalho Dracula lihat salib begitu.

Menurut adat kuno, yang boleh pergi keluar bersilaturahmi di hari pertama tahun baru Imlek, hanya kaum pria saja, tetapi sekarang adat ini sudah tidak berlaku lagi. Dan yang kudu dikunjungi secara berturut-turut adalah orang tua suami, setelah itu baru orang tua isteri. Lalu ke sanak keluarga lainnya. Perlu diketahui bukan hanya orang Jawa saja yang melakukan adat
sungkem, orang Tiong Hoa juga demikian yang disebut tee-pai.

Cara soja yang benar berdasarkan pedoman “YANG” memeluk “YIN”. Tangan kanan dikepal kemudian tangan kiri menutupi tangan kanan. Jari jempol berdiri lurus, dan menempel keduanya. Soja kepada yang lebih tua sejajar mulut; soja kepada yang seumuran sejajar dada; soja kepada yang lebih muda sejajar perut; soja kepada para dewa sejajar mata; soja kepada Tuhan di atas kepala. [k2/bersambung]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar